Di era digital, banyak orang merasa cukup hanya dengan mengetikkan gejala ke mesin pencari untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada tubuh mereka. Namun, self-diagnosis lewat Google bisa berbahaya dan menyesatkan, apalagi jika dilakukan tanpa latar belakang medis yang memadai.
1. Informasi Umum Tidak Selalu Akurat
Meski banyak artikel kesehatan tersedia secara online, tidak semuanya ditulis oleh profesional medis atau berbasis bukti ilmiah. Bahkan informasi dari sumber tepercaya pun bisa bersifat umum dan tidak berlaku untuk setiap individu.
2. Menimbulkan Kecemasan Berlebihan
Gejala ringan bisa langsung dikaitkan dengan penyakit serius jika dicari di internet. Ini sering kali membuat orang panik atau mengalami anxiety yang tidak perlu—dikenal juga sebagai cyberchondria.
3. Salah Langkah Pengobatan
Mengambil keputusan medis berdasarkan informasi online bisa menyebabkan seseorang mengabaikan gejala serius atau malah menggunakan obat yang salah, yang justru memperburuk kondisi kesehatan.
4. Menghambat Penanganan Profesional
Jika terlalu percaya pada diagnosis sendiri, seseorang bisa menunda untuk pergi ke dokter. Padahal, diagnosis akurat memerlukan pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes penunjang yang tidak bisa digantikan oleh pencarian Google.
5. Miskomunikasi dengan Dokter
Datang ke dokter sambil membawa “hasil diagnosis dari internet” bisa menimbulkan hambatan komunikasi. Dokter tentu menghargai pasien yang ingin tahu, namun keputusan medis tetap harus dibuat berdasarkan penilaian klinis yang tepat.
Kesimpulan
Gunakan internet sebagai referensi awal atau edukasi, bukan sebagai alat diagnosis utama. Jika Anda merasa tidak sehat, segera konsultasikan ke tenaga medis profesional. Jangan biarkan Google menggantikan peran dokter dalam menjaga kesehatan Anda.